ALKITAB DALAM VERSI SAYA
YESUS DAN MASYARAKAT YAHUDI
Salah satu ucapan paling populer yang Yesus
katakan adalah doa yang Dia nyatakan sewaktu sedang disalibkan, seperti
tertulis dalam Injil Lukas 23:34, “Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Kita tahu bahwa masyarakat
Yahudi yang mendesak Pontius Pilatus untuk menyalibkan Yesus, sementara para
imam Yahudi yang telah merencanakan penyaliban Yesus. Padahal, sebelum
peristiwa penyaliban tersebut, masih dalam waktu dekat, masyarakat Yahudi
memuji dan mempercayai Yesus. Mengapakah bisa terjadi perubahan yang begitu
cepat? Dan apakah maksud Yesus dengan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi yang
mendukung penyalibannya tidak mengetahui apa yang mereka perbuat?
Coba bayangkan situasi Bangsa
Israel pada saat itu. Mereka adalah jajahan Bangsa Romawi, dan kehidupan mereka
bukanlah suatu kehidupan yang ideal. Mereka hidup
dalam kesusahan dan penderitaan. Mereka menunggu seorang pahlawan yang dapat
memulihkan situasi mereka dan membuat Israel menjadi suatu bangsa yang dapat
mengatur kehidupan mereka sendiri.
Dalam situasi tersebut, Yesus
hadir. Dengan perkataan-perkataan dan karya-karya
yang dilakukan-Nya, Yesus berhasil mempesona masyarakat Yahudi. Bangsa
Yahudi pun menaruh pengharapan besar pada Yesus. Mereka
mempercayai-Nya dan mulai menganggap-Nya sebagai pahlawan yang mereka nantikan
selama ini.
Walaupun begitu, Yesus adalah
pribadi yang kontroversial. Tidak semua orang
menyukai-Nya. Banyak warga yang tidak menyukainya bahkan membenci-Nya, termasuk
para rohaniwan Yahudi. Namun, secara umum, masyarakat Yahudi pada saat
itu mempercayai-Nya, mengidolakan-Nya, dan berharap besar pada-Nya. Bukti
kepercayaan dan pengidolaan mereka pada Yesus terlihat jelas (Matius 8:1,
Markus 6:30-44, Yohanes 12:12-19).
**
Kemudian, Yesus ditangkap dan
diadili, berkat usaha para rohaniwan Yahudi (walaupun tidak semua rohaniwan
Yahudi membenci Yesus. Salah satu rohaniwan yang baik terhadap-Nya adalah
Nikodemus). Tentunya, penangkapan ini tidak terlepas dari andil Yudas, murid
Yesus yang memutuskan untuk “mengkhianati” Yesus. Saya beri tanda kutip pada
kata ‘mengkhianati’ karena saya yakin bahwa Yudas sesungguhnya tidaklah seburuk
yang ditafsirkan selama ini. Saya rasa dia
mempunyai alasan yang dapat dinilai positif mengapa dia memilih untuk membantu
menjebak Yesus dan bukan hanya mengenai uang saja.
Sekarang, coba bayangkan jika
anda hidup pada waktu itu dan menjadi bagian dari Bangsa Yahudi. Anda begitu
bersukacita akan kehadiran Yesus yang mempesona melalui kata dan karya, serta
nampak begitu menjanjikan. Anda sudah mempercayai-Nya, mengidolakan-Nya, dan
berharap penuh pada-Nya. Anda datang pada saat Dia sedang mengajar dan menyimak
tutur kata-Nya. Anda terinspirasi dan merasakan bahwa semangat anda
berkobar-kobar. Anda memiliki pengharapan kuat akan kehidupan yang jauh lebih
baik dan kebebasan penuh karena tidak lagi dijajah Romawi. Anda sudah mulai
membayangkan dan berkhayal, bagaimana asyiknya kehidupan anda dan orang-orang
terdekat anda setelah Israel bebas merdeka dari Romawi. Bahkan, anda sudah meneruskan
pengajaran Yesus pada orang-orang di sekitar anda dan mulai mempraktekkannya.
Mungkin saja anda adalah salah satu dari banyak orang di Yerusalem yang
menyambut dan menyanjung-Nya saat Dia datang ke kota bersejarah tersebut (Lukas
19:28-44) dan ikut menghamparkan pakaian anda di jalan atau meletakkan ranting
hijau yang anda ambil dari suatu ladang sebagai simbol penghormatan bagi Yesus.
Anda bergabung dengan orang banyak tersebut meneriakkan, “Hosana! Diberkatilah
Dia yang datang dalam nama Tuhan….”, dengan penuh semangat.
Namun kemudian, anda
mendapati fakta bahwa Dia telah ditangkap dan diadili dengan tuduhan
menyebarkan ajaran sesat dan menganggap diri-Nya adalah anak Allah atau
penjelmaan Tuhan. Tuduhan bahwa Dia menyetarakan diri-Nya dengan Allah dan
tidak menganggap diri-Nya adalah manusia biasa. Tuduhan bahwa Dia telah
mengklaim bahwa Diri-Nya adalah raja dari bangsa Israel, namun tidak melakukan
suatu hal nyata apapun untuk mengubah situasi Israel pada saat itu. Dia hanya
berkhotbah dan mengajar saja.
Kemudian, anda pun mendengar
bahwa Yesus tidak memberi jawaban apapun atas semua tuduhan tersebut. Dia tidak
menyangkal ataupun mengiyakan. Seolah-olah, Dia ragu dan bingung. Jika menyangkal,
bukti-bukti yang ada terlampau jelas dan mengarah pada tuduhan-tuduhan
tersebut. Jika mengiyakan, berarti Dia mengakui bahwa Dia bersalah dan layak
disebut sesat. Dapat disimpulkan, Dia memang bersalah karena sikap diam-Nya
tersebut telah menunjukkan status dia sebagai yang layak didakwa dan tidak
dapat menentang bukti-bukti yang ada. Inilah yang dapat anda pikirkan dan
simpulkan berdasarkan situasi pengadilan tersebut.
Bisa anda bayangkan sendiri,
betapa marahnya anda. Anda merasa sangat geram, karena anda telah tertipu
habis-habisan. Bukan hanya tertipu, namun seketika
itu juga, seluruh pengharapan anda hilang lenyap. Anda menyadari bahwa
kehidupan yang lebih baik dan kebebasan yang anda rindukan hanyalah angan-angan
belaka yang entah kapan dapat menjadi kenyataan. Anda kehilangan harapan dan
kepercayaan anda, seiring dengan terungkapnya “fakta” bahwa sang pahlawan yang
dipuja ternyata adalah seorang penipu ulung yang kini menghadapi pengadilan
langsung dari sang Gubernur Romawi, mendapat tuduhan-tuduhan berat, dan
terancam disalibkan.
Mungkin rasanya anda dan
teman-teman anda ingin memukul atau mencabik-cabik Yesus. Tapi, ini pengadilan
dan tentu saja anda tidak dapat melakukannya. Akhirnya, anda dan teman-teman
anda memutuskan untuk mendukung ancaman hukuman salib tersebut, karena itulah
yang anda pikir layak untuk-Nya. Bahkan, bagi anda, kejahatan Barabas terasa
lebih kecil dibandingkan “kejahatan” Yesus.
**
Yesus memahami Bangsa Israel.
Dia memahami situasi hidup yang mereka jalani, memahami pemikiran dan hasrat
hati mereka. Yesus tahu bahwa Bangsa Israel tidak
menyadari bahwa Sang Mesias yang mereka nantikan selama bertahun-tahun lamanya
telah datang dan hadir dalam kehidupan mereka, hanya saja bukan seperti apa
yang mereka harapkan dan bukan dengan jalan seperti yang mereka mau.
Karena itulah Yesus berkata: “Bapa, ampunilah
mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat….” (Lukas
23:34).
ERWIN
Komentar
Posting Komentar